"Mendaki gunung terjal, melewati jalan datar berbatu & licin di bawah siraman hujan, menjemput turunan yang curam tanpa sempat berpegangan pada ranting-ranting pohon yang berjejer di sisi tebing siap menggores tubuh jika tidak awas. Berusaha untuk terus maju, menahan gigil tubuh, tertatih dengan nafas terengah mencapai tujuan yang membentang, menanti sunrise diantara kepungan pegunungan, menikmati hamparan keindahan berjuta edelweis. Aku di sana.."
Kutipan di atas adalah kalimat yang saya tulis kemaren di wall FB ketika teringat kembali tentang perjalanan mendaki Gn.Papandayan.
Awalnya tidak pernah terpikirkan kalau saya akan benar-benar menjadi bagian dari pendakian ini, meskipun teman-teman yang mengkoordinir traveling ini menamakannya "Fun Hiking", namun bukan berarti tidak butuh persiapan tenaga & nyali untuk mewujudkannya! Yaahhhh.....secara saya bukan orang yang terbiasa dengan aktifitas pendakian ataupun olah raga rutin yang akan sangat menunjang kesiapan fisik demi keberhasilan pendakian ini. Akan tetapi ternyata memang benar kata orang bijak: "You Are What You Think!" Keinginan untuk ikut traveling begitu menggebu-gebu, mengumpulkan segala keperluan satu demi satu menjadi keasyikan tersendiri setiap akan melakukan perjalanan, tidak terkecuali kali ini. Bahkan lebih spesial, karena merupaka pendakian pertama saya sejak terakhir kali mendaki saat masih duduk di bangku SMA klas 2. Waow!!
Perjalanan berawal pada subuh hari, tgl 15 Mei 2011, berangkat menuju Garut yang berjarak kurang lebih 134 km dari Jakarta. Tiba di terminal Guntur, berkumpul dengan team dari Bandung, melanjutkan perjalanan melalui jalur Cisurupan dengan mobil ke Posko yang berjarak kurang lebih 21 km dari terminal Guntur, sampai di kaki Gn.Papandayan.
Memulai pendakian selepas ishoma (istirahat Sholat & makan) siang, tidak ada ritual khusus atau yel-yel, hanya berdoa di dalam hati masing-masing, semoga dilancarkan, diselamatkan pergi & pulang. Awal perjalanan langsung dihadapkan dengan trek mendaki dan berbatu, dengan membawa beban di punggung masing-masing. Tidak lama, hanya selang beberapa menit saya sudah merasakan beban daybag saya sangat berat! Alhamdulillah salah satu dari team ada yang bersedia membantu mengambil alih daybag saya. Tantangan pertama, lolos!
Melanjutkan perjalanan dengan beban di punggung yang sudah berpindah ke punggung teman. ;) Tidak berapa lama, tantangan kedua muncul.. Hujan! Kekhawatiran utama adalah, jangan sampai isi tas kami kebasahan oleh siraman hujan yang derasnya tidak tanggung-tanggung! Walaupun sebelumnya kami sudah ada antisipasi, namun tetep saja sebagai pemula saya merasa terganggu dengan cuaca ini.
Alhamdulillah, setelah melalui separuh perjalanan, hujan mulai mereda, menyisakan gerimis dengan dingin yang menusuk! Mulai terbayang kehangatan kamar saya di Jakarta, dengan temperatur yang bisa diset sesuai dengan kebutuhan.. *melow time* Nafas semakin tersengal, walaupun belum didominasi oleh rasa capek. Masih semangat! Terkadang berada di baris depan, kadang tertinggal di tengah. Keluar masuk hutan, susul menyusul dengan temen yang ada di baris depan. Berusaha mengambil sebanyak mungkin foto, selain sebagai kenang-kenangan, juga sebagai bukti keterlibatan kami di pendakian ini! *bangga*
Menjelang Maghrib kami sampai di Pondok Salada, tempat kami akan mendirikan tenda untuk bernaung malam itu. Waow! Ada sungai! The real sungai! Bukan di tengah kota, di kolong-kolong jembatan dengan air keruh yang nyaris mengering dan menjadi tempat pembuangan sampah! Tapi di tengah alam pegunungan hijau dengan air bening mengalir jernih dan dingin, brrrr!!! Indah! Dan saya di sini! Berdiri kuyup dengan gigil dan kulit yang berkerut karena dingin..
Setelah membersihkan segala lumpur yang menempel, melepaskan & mengikhlaskan segela yang ingin pergi, saya bergegas ke tenda dan berganti dengan pakai kering untuk menstabilkan kembali suhu tubuh yang diserbu dingin. Berebut tempat dengan teman yang lain agar berada lebih deket dengan api unggun! Lumayaaannn...meskipun tidak berarti bisa terbebas dari rasa dingin. Sayang tidak berapa lama setelah beres makan malam, gerimis kembali menemani kami. Api unggun mini tidak mampu bertahan lama, padam! Jalan satu-satunya kembali ke tenda masing-masing, masuk ke kantong sleeping bag, berusaha untuk tidur, memulihkan kembali tenaga untuk menjemput sunrise esok pagi dan mencapai hamparan edelweis.
Namun sayang, gigil tubuh tidak dapat diredam dengan hanya berselimut sleeping bag. Saya butuh panas api! Walaupun hanya bersumber dari sebatang lilin yang hampir tidak pernah lagi terlihat di dalam rumah saya di Jakarta. Akhirnya dengan berteman cahaya lilin dengan kehangatan alakadarnya, saya bisa sesekali tertidur. Sesekali? Betul! Karena menjelang tengah malam hujan perlahan berhenti, akibatnya dingin semakin menusuk. Ternyata cuaca tanpa hujan akan lebih dingin.. hufftthhh!!
Tertidur lalu terjaga, berulang-ulang, sampai subuh datang. Suara kayu yang berderak terbakar api membangunkan saya. Waahhhh! Unggun mininya sudah menyala kembali, Saya butuh panas dari api ituuuuuu!! :D Bergabung dengan beberapa teman yang sudah lebih dulu duduk di sekitar api unggun. Menghangatkan tangan, pipi, kaki, dan seluruh bagian tubuh. Menghalau gigil yang semakin menggila!
Pukul 05.00 waktu Pondok Salada, kami sepakat untuk menuju ke tempat menanti sunrise. Berburu posisi strategis agar dapat mengabadikannya dengan foto-foto yang berkualitas. Berhubung saya satu-satunya yang tidak berbekal camera, jadi santai sajalah. Meskipun tetap tidak mau kehilangan moment itu, saya bisa menunggunya sambil menghirup panasnya segelas kopi. Sluruupppp!!
Hey! Sunrisenya telat muncul! Walaupun demikian, seperti harapan kami, akhirnya muncul juga. Tidak dapat dilukiskan dengan sempurna keindahannya! Nyata! Cantik! Luar biasa! Untuk beberapa saat kami semua terdiam, terpukau dengan pesonanya, terhipnotis!
Puas menikmati sunrise, waktunya kembali ke tenda. Mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke Tegal Alun, tempat kami dapat menikmati hamparan edelweis. Berbenah, menurut rencana sepulang dari sana, langsung turun gunung. Setelah sarapan sekaligus juga makan siang, sekitar pukul 10.30 waktu Pondok Salada, kami mendaki menuju Tegal Alun.
Treknya ternyata mempunyai tingkat kesulitan lebih besar lagi meskipun jaraknya tidak begitu jauh, waktu tempuh normalnya "cuma" sejam! Mungkin juga karena tenaga inti sudah terkuras dihari sebelumnya, alhasil saya mendaki dengan susah payah, tapi worted dengan keindahan alam yang tersaji di sepanjang jalan. Puing-puing pepohonan sisa letusan gunung pada tahun 2004, menjadi pemandangan indah di sela-sela hutan hijau yang saya lewati. Tersengal tapi pantang mundur! Banyak istirahatnya, terkadang minta digandeng....hahaaaa....
Tapi.....begitu menginjakkan kaki di Tegal Alun, Subhanallah! Segala lelah terbayarkan! Saya seolah berada di sebuah negeri antah berantah, yang hanya ada dalam cerita-cerita dongeng pengantar tidur! Padang berjuta edelweis, benar-benar terhampar di depan mata! Entah bagaimana membahasakannya agar sepadan dengan kenyataan yang saya lihat!
Hwaaaa!! Sesi foto-foto dimulai! Jepret sana-sini, gaya ini itu! Sampai puaaassssss!!!! Tempat favorit! View paling banyak mengambil foto-foto lucu dengan latar belakang padang edelweis. Baju-baju dengan warna cerah benar-benar membantu mengekploitasi gaya kami ketika berfoto di alam bebas. Cukup lama, sejam lebih, kemudian kami bergegas turun, takut keburu hujan. Menurut prediksi, hujan akan kembali mengguyur di sore hari, sama seperti kemarin.
Perjalanan kembali ke Pondok Salada pastinya jauh lebih cepat. Tidak ada aral yang berarti, hanya persendian di lutut saya berasa ngilu. Triknya hanya berusaha untuk meminimalisir agar tidak terlalu sering membengkokkan lutut. Kebayang gimana pada saat turun nanti dengan trek yang lebih panjang.....mpphhmm....:(
Di Pondok Salada istirahat sejenak, sambil scening barang masing-masing, jangan sampai ada yang ketinggalan, terutama jemuran pakaian basah bekas pendakian kemarin. Merasa semua sudah beres, kami berangkat turun gunung. Lebih cepat, melaju, kali ini tidak butuh banyak waktu untuk istirahat. Mengalir saja, berhenti sejenak, setelah itu melaju kembali. Ngilu di lutut saya semakin berasa, tapi tidak mau kalah dengan teman-teman yang lain, berusaha tetapi eksis dengan senyuman, apa lagi kalau berasa ada yang moto! Heheeee...
Hanya sejam lebih, personil kami sudah lengkap berkumpul di posko! Alhamdulillah terhindar dari hujan, hanya saja tubuh berasa lengket semua. Pengen mandiii!!!! Meskipun dinginnya menusuk, saya mencoba nekat mandi. Arrgghhhh! Airnya dingin, seperti air es yang baru keluar dari kulkas! Tidak kuat! Akhirnya hanya mandi kering, basuh sana-sini, ganti daleman dan baju from head to toe....;;)
Beres sholat Ashar, kami melanjutkan perjalanan ke Terminal Guntur, Garut dengan mengendarai mobil. Untuk sekali lagi menghindari hujan, ngebut! Ngepot! Dan benar saja, pas mau nyampe Terminal, gerimis mulai turun. Menunggu Maghrib tiba, sambil mengisi perut di sebuah warung. Siap-siap kembali ke Jakarta! Sekian! :p