Selasa, 14 Agustus 2012

Viet Nam

Masih traveling seputaran Asia , berangkat berempat dengan teman, tepatnya tgl 07 Juni 2012 dengan Maskapai penerbangan lokal yang terkenal dengan harga hematnya ituuuuu.

Sudah mulai kebayang aktifitas pada saat  tiba di sana nanti. Karena bawaan saya diminimalkan, jadi sepertinya ga usah repot-repot antri untuk nitip dan mengambil bagasi, cukup di cabin ajahhh. Terinspirasi dari buku petunjuk traveling, akhirnya saya hanya membawa atasan 5 lembar, bawahan 2 lembar dengan material ringan (ga disarankan membawa bahan jins berat dan susah kering), handuk kecil (face towel), satu jaket atau sweater jika tujuan travelling bukan daerah dingin atau sedang musim dingin, under wear, inner dan outher kerudung (karena saya berkerudung), peralan make up dan mandi dalam kemasan mini, ga lupa gadget, saya membawa serta bb karena konon di sana sudah mendapatkan fasilitas wifi kecepatan tinggi by free bahkan di penginapan setaraf guesthouse. Hmmm... bisa tetap eksis dengan keluarga dan teman-teman di Indonesia. ;)

Sempat ada delay di Soeta selama 30 menit, tapi gapapa, yang penting bisa berangkat hari ini ajahhh!;;) Tiba di Tan Son Nhat, Airport Ho Chi Minh City sore hari menjelang malam. Ga ada perbedaan waktu dengan Jakarta. Berbekal nama taxi yang direkomend oleh tulisan-tulisan di Internet, kami menumpang Vinasun Taxi. Sebenarnya ada beberapa nama lain seperti Mai Linh dan Vina Taxi, kebeneran ajah pertama kali ketangkap mata adalah Vinasun.

Dari Jakarta saya hanya membawa bekal mata uang U$, rencana akan menukarkan ke VND (Dong) pas di Vietnam, itupun disesuaikan dengan kebutuhan, biar ga over mata uang Dong. Karena meskipun mata uang Dong berlaku luas di Vietnam, kita tetap bisa menggunakan U$  untuk transaksi-transaksi tertentu, terkecuali makan di restoran, lebih banyak menerima Dong.


Ho Chi Minh City
Alhamdulillah... setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit, kami tiba di Hotel Antam 2, tempat kami akan menginap selama di Ho Chi Minh City. Kalau dilihat secara bangunan, di Indonesia paling masuk kategori Hostel, akan tetapi ruangannya lumayanlah untuk tidur nyaman dan melepas lelah perjalanan.

Model bangunan di kota ini termasuk simple, lebih menyerupai bangunan kotak yang ga terlalu besar dengan 5 sampai 6 tingkat. Arsitektur ga rumit, sangat sederhana malah.

Bentuk bangunannya
Cyclo, becak ala Viet Nam

Menurut sejarah, Ho Chi Minh City (HCMC) pernah berganti nama sampai beberapa kali. HCMC dulunya merupakan kampung nelayan Prey Nokor yang dihuni oleh Khmer dan berada di bawah kekuasaaan Kerajaan Khmer atau Kamboja. Awal abad ke 17 dengan seizin Raja Kamboja, pengungsi dari Vietnam mulai berpindah ke Prey Nokor. Para pengungsi kemudian menamakannya Saigon. Dinas ti Nguyen yang memerintah Vietnam pada abad ke 17 akhirnya mengoneksasi Saigon lalu memberi nama Gia Dinh. Nama Saigon baru resmi dipakai ketika penjajah Prancis menaklukkan Vietnam tahun 1960-an. Penjajah Prancis kemudian membangun gedung-gedung megah. Saigon disulap menjadi kota cantik hingga mendapat julukan "Paris in The Orient". Saigon juga dijadikan ibukota Cochinchina, sebutan bagi jajahan Prancis di Indochina. Selain menjadi pusat pemerintahan, Saigon juga menjadi pusat perdagangan penting di Delta Sungai Mekong. Setelah Saigon jatuh di bawah pemerintahan komunis Vietnam Utara, nama kota itu diganti menjadi Ho Chi Minh City, sebagai bentuk penghormatan terhadap Ho Chi Minh, pemimpin tertinggi Vietnam kala itu. Sampai sekarang HCMC dipakai sebagai nama resmi, namun sebutan Saigon tetap lazim digunakan dalam suasana tidak resmi.

Huaaaaa! Naga-naga di perut sudah pada berontak, kami memutuskan segera berburu makanan halal pastinya, berhubungan rombonganku semuanya muslim. Agak susah juga, tetapi ternyata memang benar, ada suatu tempat dimana tersedia beberapa rumah makan yang menyediakan menu-menu halal. Seperti masakan melayu dari Malaysia, masakan khas Turki dan India.

Kebeneran pada saat di hotel, kami bertemu dengan Bp.William, orang Indonesia yang lagi ngurusin pekerjaan di Vietnam. Perusahaannya berencana melebarkan sayap membuka cabang di Vietnam. Beliau sempat memberitahu lokasi dimana kami bisa mendapatkan makanan halal, termasuk lokasi kami bisa mendapatkan Saigon Central Mosque untuk Sholat Jumat keesokan harinya.

Ini Saigon Central Mosque yang dimaksud ituuuuuu..

Karena sudah larut, sebagian besar resto sudah tutup. Hanya ada Resto India dan Turki yang masih buka. Kami memutuskan mencoba hidangan khas Turki dari pada hidangan India. Hmmm... kalau dari segi looknya siy terlihat sangat menggugah selera, tapi ternyata setelah berasa di lidah, sangat ga rekomend. Miskin bumbu dan rempah-rempah! Dengan bantuan tambahan lada dan tabaco, kami berusaha keras untuk bisa menikmati makanan tersebut agar ga kelaparan hari pertama di negeri orang. :D

Paling kanan itu Bp. William

Balik lagi ke hotel dengan perut dan lidah  masih penasaran karena ga menemukan menu yang sesuai dengan bayangan dan selera. Bagaimanapun kami harus cukup istirahat mempersiapkan fisik untuk city tour besok.

Pagi-pagi banget kami sudah siap di depan meja makan menunggu menu breakfast. Hmmm...sandwich roti tawar dengan telor ceplok setengah mateng ada tambahan mentega dan sambel botol. Cukup membantu menenangkan naga-naga kami.

Sarapan hari pertama adalah sandwich dengan olesan mentega dan saos sambel 

Pkl 09.00 waktu HCMC kami meninggalkan hotel, memulai city tour. Tujuan pertama adalah Museum bersejarah, Reunification Palace. Ini adalah gedung yang dulunya adalah istana Republik Vietnam selatan, gedung ini tersimpan cerita tentang ruangan-ruangan yang difungsikan oleh Uncle Ho pada perang Viet Nam. Tampak dua tank gagah berjejer rapih di salah satu sisi halaman depan gedung.

Sebelum menaiki anak tangga gedung
 Taman depan Gedung Reunification


Permadani peninggalan perang Viet Nam yg menjadi penghuni Museum ini

Selanjutnya target kami adalah mengunjungi gedung Post Office yang unik itu. Begitu masuk yang terlihat adalah jejeran kamar-kamar telp umum yang tampak mencolok. Kemudian di bagian dindingnya yang tinggi terpajang foto tunggal. Entah foto siapa.. :D

View di depan Post Office
Lukisan Uncle Ho Chi Minh
Ruangan seperti ini terdapat di sisi kiri & kanan ketika memasuki pintu gedung

Usai kunjungan ke Central Post Office, kami mulai hunting makanan lagi. Kali ini kami bersepakat untuk mencari makanan cepat saji sejenis KFC. Alhamdulillah ketemu Lotteria. Makanan cepat saji dengan konsep mirip KFC, lebih hebat lagi, ada nasinya pula! Yang berbeda hanyalah di sini kita makannya dilengkapi dengan sendok dan garpu steinless. Wheewwww!!


At Lotteria HCMC. Ki-ka: Agung, Dewi & Yuda

Sedang asyik makan, hujan deras turun tiba-tiba. Tapi anehnya udara masih saja berasa gerah walaupun sudah dibantu dengan pendingin ruangan.

Alhamduillahnya hujan ga berlangsung lama. Beres makan kami melanjutkan city tour menuju Saigon River. Pengen ngeliat aeerrrr!! Setelah berjalan kaki sekitar satu kilometer dari tempat makan, akhirnya kelihatannya deh tuh sungai besar di tengah kota. Jadi teringat Kota Samarinda dengan Sungai Mahakamnya. :)

 Gerbang Kebun Binatang





Pemandangan di salah satu sisi Saigon River





Lagi asyik-asyik menikmati pemandangan sungai, eh hujannya mulai turun lagi. Dengan sangat terpaksa kami menyudahi wisata air dan memutuskan untuk balik ke Hotel. Padahal sebelumnya kami berencana ke lokasi Patung Uncle Ho.

Sore hari pkl 17.00 kami melanjutkan city tour hari itu menuju Ben Than Market. Sayang, ternyata kami salah prediksi, pedagang di BenThan Market jam segitu malah sedang berbenah untuk tutup toko. Huaaaa!! Hanya bisa memperhatikan mereka beberes menutup tokonya masing-masing. Niat mencari Odai, busana khas wanita Viet Nam pupus sudah.

Berhubung sudah waktunya makan malam, kami memutuskan segera beralih ke wisata kuliner. Dalam perjalanan mencari makanan halal, ketemulah toko-toko penjual aneka macam tas, termasuk tas Kipling yang unyu-unyu ituuuuu... Kalap!! Lapar jadi ga berasa, beli ini itu, semua kepengen dibeli juga. Dari dompet, back pack, tas sandang, tas traveling, tas selempang dari yang kecil imut sampai yang segede-gede gabann!

Setelah puas belanja-belanja tas, barulah laparnya berasa lagi. Tapi kali ini jauh lebih happy karena sudah puas berbelanja aneka Kipling. ;) Bergegas kami kembali mengunjungi area resto halal kemaren yang ternyata ga jauh dari situ. Kami memutuskan untuk makan di Resto D'Nyonya, masakan melayu khas Malaysia.
Senang rasanya bertemu kembali dengan masakan melayu, serupa dengan masakan negeri sendiri yang kaya bumbu dan rempah. Letak restonya ga jauh dari Hotel Sheraton di HCMC.


View di salah satu wall D'Nyonya

Dalam perjalanan mencari makan tadi, kami melewti toko sepatu Docmart yang terkenal itu. Temenku yang pencinta docmart langsung menambahkan kunjungan ke toko tersebut sebagai agenda setelah usai makan malam. Dia begitu bersemangat untuk mampir ke toko tersebut, secara dia mengincar sepatu kantor dengan brand itu. Karena sepatu incerannya lumayan mahal, yaitu 3500000 VND, dia masih butuh waktu untuk memutuskan apakah akan membeli atau tidak.

Ya sudah, kami balik ke hotel dengan happy. Kudu istirahat cukup malam ini, besok kami berencana menempuh perjalanan selama 7 sampai 8 jam menuju Da Lat, daerah pegunungan yang konon dinginnya melebihi daerah Puncak.


Da Lat
Start pkl 10 pagi menuju Da Lat. Ada yang berbeda, bus yang kami tumpangi adalah sleeper Bus. Bus dua lantai dengan kursi bisa diset lurus sehingga kita dapat berbaring seperti layaknya di kasur rumahan. Delapan bangku belakang, empat di atas dan empat di bawah sudah diset seperti kasur rumahan. Sedangkan bangku yang lain bisa diset duduk dan tidur sesuai dengan kebutuhan.






Pada saat masuk di pintu bus, penumpang sudah disediakan satu kantong per penumpang untuk tempat menaruh sepatu/alas kaki masing-masing. Jadi kita berjalan di atas bus tanpa alas kaki, untuk tetap menjaga kebersihan di dalam bus. Hmmm.. ide yang bagus yaahhh..

Sebelum berangkat ke Da Lat kami sempatkan untuk merayakan ulang tahun salah satu teman kami yaitu Dewi!! HBD my friends, wish u more happy with more love in ur life yahhhhhhh!


 Isshhh! Eksis skali dia, berasa lagi Ultah juga... :p
 HBD Dewikuuuuuuu!!
Happy!!
 Berbagi tart sama reception hotel ;;)

Ikut berbahagia

Melihat view kiri kanan selama perjalanan, seperti berada di Indonesia ajah, pemandangan hutan dan bangunan-bangunan rumah seperti layaknya di Indonesia, hanya dibedakan dengan tulisan-tulisan berbahasa Viet Nam.Setelah puas mengambil gambar dari sisi kiri dan kanan jalan, saya berusaha untuk tidur. Secara besok seharian kami berencana city tour yang tentu saja membutuhkan tenaga fresh.

Pada saat terbangun, kami baru menempuh separuh perjalanan. Belum apa-apa, masih harus berusaha tidur kembali. Tapi ternyata ga lama kemudian bus kami berhenti di rest area untuk memberi kesempatan penumpang makan dan ke restroom. Memilih makanan harus lebih berhati-hati karena bercampur dengan makanan ga halal. Saya sendiri lebih memilih sayur-sayuran dan telor ayam untuk menghindari menu yang mengandung unsur Babi.

Oke, saat melanjutkan perjalanan saya berusaha tidur lagi mengingat jarak tempuhnya masih jauh. Akhirnya sampai juga di Da Lat. Luar Biasa! Pemandangannya bener-bener kereeennn!! Ga nyangka ajah, karena selama perjalanan yang terlihat hanya pemandangan biasa saja. Ternyata di sini kami temui pemandangan luar biasa, seperti kota dalam cerita-cerita dongeng. Bangunan-bangunan dengan arsitektur bergaya Eropa dengan pemandangan bukit-bukit kecil hijau dan udara dingin menusuk kulit. Terbayar sudah segala kelelahan selama menempuh delapan jam perjalanan.

Sampai d hotel, kami takjub dengan view yang bisa kami liat dari depan hotel. Jalanan yang berkelok dengan hamparan danau di bawah sana sangat dramatis, seolah kami berada di negeri antah berantah. Memasuki kamar kami di lantai dua setelah sebelumnya kami dipersilahkan membuka sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah bersih yang sudah tersedia di ujung bawah tangga. Again! Kamar di sini ga memerlukan pendingin ruangan lagi. Udara di dalam kamar sangat dingin dengan selimut tebal menggoda untuk segera meringkuk di bawahnya. Tapi tunggu, kami butuh makan terlebih dahulu!


 View dari depan Dan Chi Hotel, tempat saya nginap di Da Lat
Sandal yang disiapkan untuk wara-wiri selama di lingkungan hotel, tidak diperkenankan memakai sepatu dari luar :D

Sudah bersih-bersih dan dandan cantik, kami berjalan menikmati udara malam yang dingin menuju night market, mencari makan malam. Hmmm... semakin malam udaranya semakin dingiiiinnnn.

Di area ketinggian ini ternyata justru di mana-mana yang kami temui adalah makanan sea food. Tambah satu makanan lumayan ekstrim menurut saya, yaitu telur embrio. Jadi telur tersebut sudah berupa embrio yang direbus seperti layaknya telur biasa. Rasanya sama saja dengan telur biasa, hanya saja akan tampak bulu-bulu halus dan cikal bakal kepala si anak ayam. :D Aneka jenis kerang-kerangan, udang dan kepiting menjadi santapan special malam ini.



Suasana di Night Market Da Lat

Sehabis makan kami berjalan-jalan di seputaran tepi danau dan ternyata udaranya duiiingiiinnnn bangeeett! Saya sampai menggigil, padahal sudah menggunakan jaket cukup tebal lengkap dengan capuchongnya. Angin basahnya, membuat pakaian rada lembab jika berada di seputaran danau.






View seputar danau Da Lat

Puas berangin-angin, perut berasa kembung. Kami kemudian naik lagi di ketinggian seputar jejeran cafe & resto, kali ini kami mecari tempat nongkrong asyik yang menyediakan kopi dan susu panas untuk membantu menghangatkan badan. Ahhaayyy! Sangat membantu ketika kami sudah asyiikk menikmati susu coklat panas, meskipun panasnya ga akan bisa bertahan lama.

Happy apa pusiiingggg??! :D

Malam semakin larut, kami memutuskan untuk pulang ke Hotel. Butuh istirahat cukup untuk rencana city tour kami besok.

Pagi-pagi banget kami sudah ready. Sengaja kali ini ga mengambil paket menginap included breakfast. Kami lebih memilih untuk hunting sendiri menunya. Dan akhirnya pilihan breakfast jatuh di warung samping hotel. Menunyapun hanya telor ceplok dan sayuran ringan ditambah sajian semacam kuah dengan irisan lobak khas daerah sana.



Beres sarapan, kami kembali ke Hotel menunggu jemputan Amazone Travel untuk city tour, yg datang ga lama kemudian. Tujuan pertama city tour adalah berangkat ke Dinh Bao Dai. Yaitu museum dimana Bao Dai King beraktifitas. Di museum ini dipamerkan ruangan-ruangan tempat tinggalnya, mulai dengan ruang pertemuan, ruang kerja, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur utama, ruang tidur anak-anaknya dll. Ga jauh beda dengan konsep Museum Reunification di HCMC.


Used cover shoes
Ini dia Bao Dai King, istrinya ada tujuh  X_X

Perhatikan tempelan gambar velknya


Setelah mengelilingi setiap ruangan, kami sempat berfoto ala Raja dan Permainsuri Bao Dai. Ngantri foto di venue yang disipkan lumayan lamaaa... Sampai harus rebutan dengan fotografer keliling. :( Sayang saya ga punya dokumentasinya. Harus nyari-nyari di kamera temen. ;) Selanjutnya menuju Valley of Love.

Valley of Love adalah taman cinta dengan pemandangan alam yang dipenuhi dengan dekorasi-dekorasi taman bernuansa love. Pokoknya romatis abisssss dehhh.. :D



Pemandangannya oke banget dengan sungai yang mengalir di tengah lembah
Lihat bukit-bukit ituuuuu!!







Jeepnya keren.. ;;)
 Melanjutkan city tour ke tempat budi daya bunga. Di Jakarta mah banyak tempat seperti ini. Alahamdulillah nemu boneka keramik khas ala perempuan Viet Nam.




 Ini jejeran boneka keramiknya

Puas berkeliling. Turis Guide kami memandu untuk beristirahat dan makan di resto yang sudah dipilihkan





Makan beres, kami melanjutkan city tour ke Datanla Waterfalls. Hmmm... Teringat waterfalls di Bantimurung Makassar, kampung halamankuuuu.. :D






Ada Sunggokong juga lho di sanaaaa :p


 Velknya sama dengan di gambar tempelnya cyclo di Dhin Bao Dai :D

Destinasy selanjutnya adalah Truc Lam Meditation Center.







Lanjut ke Robin Hills. Dari atas tampak view Kota Da Lat. Di kejauhan terlihat Little Eiffel ;)




Turun dari Robin Hills, kami melanjutkan  ke Domain De Marie Church. Gereja gede dengan konsep bangunan modern. Dari sini semakin dekat dengan Little Eiffel

The Little Eiffle

Time to go home :-D


Bye Viet Nam!!!  The End.